Banda Aceh – Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Aceh Marlina Muzakir bersama Dinas Sosial Aceh dan Adhyaksa Dharmakarini serta Selebgram Aceh Cut Bul, mengirimkan 3 ton ikan segar serta bantuan sandang pangan ke daerah terdampak bencana yang masih terisolir.
Prosesi pengiriman berlangsung di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo dengan menggunakan perahu nelayan setempat, Rabu (03/12/2025).
“Alhamdulillah, hari ini Forikan mengirimkan 3 ton ikan segar serta bantuan sandang dan pangan untuk masyarakat terdampak banjir, khususnya di lokasi yang masih terisolir di Aceh Utara,” ujar perempuan yang akrab disapa Kak Na itu.
“Selain Forikan, Dinsos dan Disperindag, Ketua Adhyaksa Dharmakarini Kejati Aceh Juraida Yudi Triadi, dan Pak Jack Informa pengusaha Aceh, turut menyumbang bahan pangan seperti mie instan, beras, roti dan makanan ringan lainnya. Selebgram Cut Bul juga menyumbang 3 ribu set baju,” sambung Kak Na.
Kak Na menambahkan, seluruh batuan tersebut dikirim menggunakan boat milik Cek Baka Lampulo, yang memberikan fasilitas pengiriman bantuan tersebut secara gratis ke Aceh Utara.
Pengiriman bantuan ini merupakan tindak lanjut dari rapat yang digelar Kak Na bersama Plt Kadinsos Aceh dan Kadisperindag T Adi Darma serta Kepala Bulog Divre Aceh Ihsan dan sejumlah pihak lainnya pada Rabu dini hari.
Pada rapat tersebut, Kak Na menegaskan bahwa penyaluran bantuan pangan di wilayah terisolir harus segera dilakukan. Hal ini disebabkan karena seminggu pasca bencana, kondisi masyarakat terdampak di wilayah terisolir sangat kekurangan bahan pangan.
“Hingga saat ini masih banyak masyarakat kita di wilayah terisolir belum tersentuh bantuan. Karena itu, harus ada upaya maksimal dari kita untuk menjangkau wilayah terisolir tersebut. Ini sudah hampir seminggu, saya tidak sanggup membayangkan kondisi mereka. Semua masyarakat kita harus mendapatkan bantuan pangan sesegera mungkin,” ujar perempuan yang akrab disapa Kak Na itu.
“Saat ini layanan internet sudah mulai membaik, masyarakat kita tentu telah melihat kabar di berbagai media tentang pasokan bantuan yang telah mengalir ke seluruh daerah. Tentu masyarakat di kawasan terisolir tersebut akan sangat kecewa, jika bantuan tersebut belum sampai ke mereka. Putusnya akses jalan tidak bisa kita jadikan sebagai alasan keterlambatan memasok bantuan, karena meski terbatas sarana dan prasarana, penyaluran bantuan wajib kita salurkan ke seluruh masyarakat terdampak,” sambung Kak Na.
First lady Aceh itu merasa sangat berempati dengan korban terdampak banjir di seluruh Aceh. Sebagaimana diketahui, dirinya sempat terjebak banjir selama dua hari di SPBU Panton Labu Aceh Utara. Kepedihan kondisi masyarakat di lokasi pengungsian tentu sangat ia rasakan.
Karena Kak Na sempat terisolir dengan dunia luar. Sebagaimana diketahui, saat bencana terjadi kawasan Aceh Utara, Aceh Timur hingga Aceh Tamiang terputus komunikasi dengan dunia luar karena jaringan komunikasi terputus, listrik padam dan lalulintas terputus total direndam banjir.
Kondisi masyarakat di wilayah tersebut sangat memprihatinkan karena tidak bisa menghubungi dunia luar untuk meminta bantuan. Kondisi kekurangan makanan, pakaian dan obat-obatan serta tempat mengungsi yang layak menjadi kendala yang tak bisa dikabarkan kemana pun.
Karena itu, pasca kembali ke Banda Aceh, Kak Na langsung berkoordinasi dengan semua pihak untuk sesegera mungkin menyalurkan bantuan ke wilayah-wilayah terisolir yang belum tersentuh bantuan.
Sebagaimana diketahui, data hingga Senin (02/12/2025) 3.310 Gampong di 229 kecamatan di 18 kabupaten dan kota di Aceh terdampak banjir. Dari jumlah tersebut sebanyak 229.767 kepala keluarga atau 1.452.185 jiwa terdampak banjir. Berdasarkan data Posko Terpadu Pemerintah Aceh, sebanyak 1.435 jiwa mengalami luka ringan, 403 luka berat, 249 meninggal dunia dan 227 dinyatakan hilang.(*)













